Selasa, 17 Januari 2012

JUARA SEJATI


JUARA SEJATI

Seringkali kita saksikan mereka yang menjuarai perlombaan yang mereka ikuti terpancar kepuasan & kegembiraan ketika sebuah piala berhasil dibawa pulang. Baik dalam menjuarai balapan kendaraan bermotor, sepakbola, atletik dan lain-lain.

Tetapi tidakkah kita sadari kalau kita pun bisa menjadi juara walaupun tanpa mengikuti perlombaan? Betapa tidak adil Tuhan jika yang diberi kesempatan menang hanyalah beberapa persen dari manusia yang diciptakannya.

Kemenangan berarti kepuasan yang dirasakan atas hasil jerih payah yang dikeluarkan. Jika demikian, seorang petani sederhana di desa pun bisa merasakan kemenangan. Karena mereka telah puas dengan rejeki yang di dapat walaupun menurut orang lain hasilnya tidaklah seberapa.

Atau seorang tukang becak yang bisa tidur di pinggir jalan karena sudah mendapatkan ketenangan dari penghasilannya yang sedikit. Bandingkan dengan keadaan seorang pengusaha yang mengalami tekanan yang berat sehingga penghasilannya yang besar tidak bisa membuatnya tidur nyenyak.

Dapat kita simpulkan bahwa ternyata berlimpahnya harta tidak bisa membawa ketenangan. Jadi dimanakah letak kemenangan itu?

Kita dianjurkan untuk bersyukur ketika mendapat anugrah, dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Dengan artian bahwa dalam segala situasi kita harus puas dan selalu berbaik sangka kepada keputusan Tuhan karena semua ada tujuannya.

Maka kemenangan tempatnya adalah di hati. Belum tentu kepuasan seorang Valentina Rossi di arena balap melebihi kepuasan seorang penunggang sepeda unta. Bisa saja si Rossi saat ini malah sedang geregetan karena dikalahkan si Casey Stoner, sedangkan sang penunggang sepeda unta sudah senang dengan sepedanya karena sudah cukup membawanya ke tempat yang diinginkannya.

Sayangnya semua orang tidak tahu bahwa dirinya bisa menjadi seorang pemenang. Tidak mau menerima pemberiaanNya, dan selalu tidak puas dengan nasibnya.

Dan yang lebih parah lagi malah menjadi seorang penghianat. Mereka adalah para perampok, koruptor, dan para pasukannya. Seumpama mereka adalah pemain sepakbola maka mereka menggiring bola dan memasukkannya ke dalam gawang sendiri, kemudian dengan bangganya dia bersorak gembira karena mendapatkan kemewahan dan kesenangan dunia. Sementara cemoohan dari kubu yang seharusnya dibela tidak diperhatikan karena matanya yang buta dan tulinya telinga. Tentu saja para setan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan ketololan yang teramat tolol tersebut.

Teman-temanku tersayang, diantara kita sebenarnya ada golongan manusia yang menganggap bahwa kenikmatan dan cobaan adalah anugrah. Jadi mereka selalu bersyukur walaupun yang di dapat adalah bencana. Karena hati mereka sudah puas dengan keputusan Tuhan. Dan merekalah para juara sejati.

Sedangakan kita tentu saja bisa menjadi juara sesuai kemampuan kita dalam bersyukur.Maka dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya musuh kita adalah diri kita sendiri. Jadi apakah kita akan menjadi seorang  juara ataukah pecundang, kitalah yang akan menentukannya sendiri. Wallahu ‘alam 

1 komentar:

  1. http://www.facebook.com/photo.php?fbid=175372302563623&set=a.165799213520932.25698.100002725624293&type=3

    BalasHapus