JUARA SEJATI
Seringkali kita saksikan mereka yang menjuarai perlombaan
yang mereka ikuti terpancar kepuasan & kegembiraan ketika sebuah piala
berhasil dibawa pulang. Baik dalam menjuarai balapan kendaraan bermotor,
sepakbola, atletik dan lain-lain.
Tetapi tidakkah kita sadari kalau kita pun bisa menjadi juara
walaupun tanpa mengikuti perlombaan? Betapa tidak adil Tuhan jika yang diberi
kesempatan menang hanyalah beberapa persen dari manusia yang diciptakannya.
Kemenangan berarti kepuasan yang dirasakan atas hasil jerih
payah yang dikeluarkan. Jika demikian, seorang petani sederhana di desa pun
bisa merasakan kemenangan. Karena mereka telah puas dengan rejeki yang di dapat
walaupun menurut orang lain hasilnya tidaklah seberapa.
Atau seorang tukang becak yang bisa tidur di pinggir jalan
karena sudah mendapatkan ketenangan dari penghasilannya yang sedikit.
Bandingkan dengan keadaan seorang pengusaha yang mengalami tekanan yang berat
sehingga penghasilannya yang besar tidak bisa membuatnya tidur nyenyak.
Dapat kita simpulkan bahwa ternyata berlimpahnya harta tidak
bisa membawa ketenangan. Jadi dimanakah letak kemenangan itu?
Kita dianjurkan untuk bersyukur ketika mendapat anugrah, dan
bersabar dalam menghadapi cobaan. Dengan artian bahwa dalam segala situasi kita
harus puas dan selalu berbaik sangka kepada keputusan Tuhan karena semua ada
tujuannya.
Maka kemenangan tempatnya adalah di hati. Belum tentu
kepuasan seorang Valentina Rossi di arena balap melebihi kepuasan seorang
penunggang sepeda unta. Bisa saja si Rossi saat ini malah sedang geregetan
karena dikalahkan si Casey Stoner, sedangkan sang penunggang sepeda unta sudah
senang dengan sepedanya karena sudah cukup membawanya ke tempat yang
diinginkannya.
Sayangnya semua orang tidak tahu bahwa dirinya bisa menjadi
seorang pemenang. Tidak mau menerima pemberiaanNya, dan selalu tidak puas
dengan nasibnya.
Dan yang lebih parah lagi malah menjadi seorang penghianat.
Mereka adalah para perampok, koruptor, dan para pasukannya. Seumpama mereka
adalah pemain sepakbola maka mereka menggiring bola dan memasukkannya ke dalam
gawang sendiri, kemudian dengan bangganya dia bersorak gembira karena
mendapatkan kemewahan dan kesenangan dunia. Sementara cemoohan dari kubu yang
seharusnya dibela tidak diperhatikan karena matanya yang buta dan tulinya
telinga. Tentu saja para setan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan ketololan
yang teramat tolol tersebut.
Teman-temanku tersayang, diantara kita sebenarnya ada
golongan manusia yang menganggap bahwa kenikmatan dan cobaan adalah anugrah.
Jadi mereka selalu bersyukur walaupun yang di dapat adalah bencana. Karena hati
mereka sudah puas dengan keputusan Tuhan. Dan merekalah para juara sejati.
Sedangakan kita tentu saja bisa menjadi juara sesuai
kemampuan kita dalam bersyukur.Maka dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya musuh kita adalah diri kita sendiri. Jadi apakah kita akan menjadi seorang juara ataukah pecundang, kitalah yang akan
menentukannya sendiri. Wallahu ‘alam
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=175372302563623&set=a.165799213520932.25698.100002725624293&type=3
BalasHapus